Sudut Pandang
Kalau Mau Menghujat Kunjungi Saja Detik.com

Kalau Mau Menghujat Kunjungi Saja Detik.com

Oleh | Selasa, 28 Oktober 2008 05:33 WIB | 7.993 Views 2008-10-28 05:33:51

Menghujat memang bukan prilaku yang baik, namun ketika rasa ingin menghujat itu muncul tiba-tiba tentu butuh penyaluran yang aman dan tidak beresiko tinggi. Ketika anda merasa ingin menghujat, menghina orang atau mencemoohkan orang, saran saya jangan sekali-kali dicoba karena akan sangat fatal akibatnya, tapi bagaimana kalau ternyata semuanya susah untuk dihindari atau bahkan jadi hobi, itumah terserah anda. Yang pasti saya menyarankan kunjungi saja detik.com, promosi dong? bukan, saya hanya ingin mencoba menelaah kenapa ini bisa terjadi. Terus kenapa mesti detik.com?

Kehadiran Web teknologi kedua yang biasanya orang disebut sebagai Web 2.0 ditandai dengan banyaknya web yang menyediakan fasilitas interaksi langsung dengan pengunjung, dengan kata lain, sebuah web tidak hanya menjadi alat penyampai informasi satu arah tetapi sudah menjadi media interaktif yang menarik.

Kenapa mesti detik.com?

Detik.com masih menjadi situs yang paling banyak diakses dinegeri ini dan hal inilah yang menunjukan bahwa kemungkinan orang untuk berkomentar lebih banyak dan lebih mempunyai tingkat perbedaan pemikiran yang sangat beragam. beberapa taun kebelakang, detik.com menghadirkan sebuah fasilitas komentar terhadap semua berita yang dihadirkan, mulai dari berita yang menarik perhatian orang banyak seperti Berita Nikah Keduakalinya Aa Gym hingga berita ecek-ecek yang justru orang berkomentar untuk detik.com. Ternyata saya liat semakin hari semakin banyak komentar yang tidak enak dibaca dan dilihat, sepertinya tidak ada yang positif di dunia ini, Pemerintah melakukan kesalahan sedikit saja dan diberitakan oleh detik langsung dihujat oleh pengunjung, jangankan berita yang jelek, berita baguspun mendapatkan ejekan dan biasanya ejekan itu tidak nyambung dengan apa yang diberitakan oleh detik ditambah lagi saya liat detik jarang sekali mengangkat berita yang bisa membawa kenyamanan bagi pembaca, saya tidak tau apakah detik memegang prinsip "Bad News is Good News", Wallahualam.


Dibawah ini adalah salah satu screenshot yang saya ambil pada berita SyehPuji.

Screnshot komentar detik.com

Inilah yang menyebabkan saya menulis tulisan ini, jika anda kesal kepada pemerintah, cari aja berita di detik, dan hujat sepuasnnya disitu atau kalau anda kesal pada seseorang, kunjungi saja detik karena komentar yang tidak nyambungpun ternyata dimunculkan juga.

Tulisan ini bukan maksud untuk mengajak orang untuk berbuat jelek dan melakukan provokasi tetapi ada sesuatu yang harus kita liat kenapa ini bisa terjadi. Apakah benar ini yang disebut web 2.0?

Sebab Semuanya Terjadi

Komentar awalnya lahir di blog-blog dan aplikasi blog, namun lambat laun portal-portal besar juga menyediakan fasilitas ini, lalu kenapa saling hujat itu bisa terjadi?

1. Komentator yang mengirimkan komentar memang seperti belum paham fungsi fasilitas komentar itu, bagusnya fasilitas ini digunakan untuk diskusi dan memberikan saran, bukan menghujat. Situs apapun tentunya bisa digunakan untuk saling menghujat karena semunya berasal dari point ini.

2. Moderasi yang dilakukan di belakang layar tidak optimal, banyaknya komentar yang masuk kemungkinan yang membingungkan approval untuk menggaprove semua pesan yang masuk. Mungkin sebaiknya detik lebih cermat memoderasi komentar yang masuk. Adanya detikID yang baru dimunculkan menurut saya tidak terlalu berpengaruh kepada kualitas komentar yang bakal masuk.

Sekarang yang menjadi PR kita adalah, kita harus menjadi komentator yang baik di fasilitas comment diwebsite siapapun. Lupakan tulisan diatas dan jangan dicoba hanya untuk menggambarkan saja bahwa ketika kita menghadirkan sebuah layanan di website berarti kita punya tanggung jawab moral untuk menjaganya, jangan hanya untuk menaikan hit. Bagaimana menurut pendapat kawan-kawan?


Baca atau Download PDF Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet

#






Mungkin anda tertarik menonton video tentang Produk atau Services? - Belajar Bisnis Digital 3

Sudut Pandang Lainnya