Saya dan Keluarga
Memaknai Ucapan, Bapak Kae Bali Gawa Pupu Loro

Memaknai Ucapan, Bapak Kae Bali Gawa Pupu Loro

Oleh | Minggu, 28 Februari 2021 07:40 WIB | 2.143 Views 2021-02-28 07:40:45

"Kae Bapak bali ngawa pupu loro", ucapan itu masih terngiang dari Almarhum mama waktu kecil. Sontak berlari melihat Bapak yang masuk gang dari jalan utama Pangandaran dengan menaiki sepeda onta. Dan, langsung bertanya bapa bawa apa hari ini? Mana pahanya? pikirku? mungkin bapa membawa paha "ayam kampung" yang dibelinya dipasar, maklum saat itu belum ramai ayam boiler, apalagi Fried Chicken dan ayam geprek. Kami makan ayam biasanya dapat dari kepungan atau kenduren, dan jika ada sodara datang dari kota, ayam peliharaan disembelih.

Paha itu tidak ada, paha yang dimaksud memang ada, tapi paha Bapa sendiri, ya, setiap pulang bapa memang selalu "membawa" pahanya, mana mungkin tertinggal. Terkadang bapa pulang bawa sesuatu, kadang pula tidak, seringnya tidak. Suasana hangat seperti itu terasa hingga mama meninggal tepat kelas 1 SD dulu.
Saya selalu kagum dengan ungkapan, bahasa yang digunakan orang dulu untuk menggambarkan sesuatu, untuk menyampaikan sesuatu, untuk mengingatkan sesuatu. Bahasa itu sangat sederhana tetapi membuat bahagia, ada juga bahasa yang sederhana tapi "mak jleb".

"Gawa pupu loro", menandakan bapa pulang dengan selamat, tidak ada sesuatu apapun, plus kemungkinan pula membawa paha (ayam) dua biji yang siap santap untuk saya dan adik, ya kami saya saat itu hanya memiliki 1 orang adik.

"Hus, mbajuk!" sering kali saya dengar kata-kata itu ketika kecil bila saya tidak sedang berlaku tidak sopan. Maknanya sangat dalam sekali terasa, Mbajuk seperti mewakilkan ketidaksopanan, curang, tidak tau tatakrama, tidak hormat ke orangtua, tidak patuh akan adat dan lebih luas lagi.

"Sing penting sehat", kata itu juga sering terucap dari bapa saat saya pulang ke Pangandaran tanpa membawa apapun, sangat sederahana, tapi menggambarkan kemafhuman orang tua jika anaknya memang sedang tidak punya apa-apa untuk menjadi oleh-oleh.

Membangun suasana nyaman, membangun suasana bahagia nyatanya cukup dengan bahasa yang baik yang penuh makna. Begitupula membangun kekacauanpun nyatanya memang cukup dengan bahasa.

Apa ucapan bapak ibumu yang masihh begitu ingat? coba ceritakan di komentar ya


Baca atau Download PDF Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet







Mungkin anda tertarik menonton video tentang Produk atau Services? - Belajar Bisnis Digital 3

Saya dan Keluarga Lainnya
Dia yang Jadi Suka Ikan dan Seafood
Rabu, 06 Juli 2022 07:07 WIB
Dia yang Jadi Suka Ikan dan Seafood
Namanya Sumarmo
Minggu, 03 Mei 2020 11:32 WIB
Namanya Sumarmo