Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet

Tiga Menit Untuk Selamanya

pada Minggu, 16 Desember 2007 06:41 WIB

“Terdengar seperti judul sebuah film karya anak indonesia, tapi ternyata hanya beda waktunya saja, bagiamana waktu sepanjang 3 menit ternyata menjadi keputusan yang dijalani selama hidup anda”

Perjodohan online memang sedang sangat marak di Indonesia bahkan di dunia, tidak bisa dihindari, karena internet sudah menjadi salah satu bagian kebutuhan yang memang bagi sebagian orang harus ada. Ratusan bahkan ribuan situs perjodohan dan pertemanan online muncul dan terus bertambah setiap harinya.

Ide Unik

Setiap situs perjodohan online mempunyai ide dan fitur-fitur unik dalam setiap websitenya walaupun pada dasarnya adalah mempertemukan dua orang yang sedang sama-sama mencari pasangan. Ada yang mempunyai konsep seperti mak comblang yang seolah-olah menjembatani seseorang lebih dekat dengan pasangannya hingga sampai situs yang mengeluarkan layanan penuh hingga resepsi pernikahan, maksudnya ketika jodohnya sudah ditemukan dalam database dan ternyata cocok, pengelola situs menjadi organizer untuk acara resepsi pernikahan, untuk bergabung dalam situs yang semacam ini tentunya sangat mahal.

Sebuah situs perjodohan online luar negeri SpeedDate yang mempunyai alamat di www.speeddate.com mempunyai ide dan fitur unik untuk menggaet calon anggotanya, caranya adalah dengan mengeluarkan fasilitas bertatap muka lewat video chat selama tiga menit.

Kenapa Harus Tiga Menit ?

Hasil penelitian yang dilakukan disalah satu kelas di Universitas Standford Amerika menunjukan bahwa ternyata seseoarang bisa menentukan kecocokan dan ketertarikan antara seoarang pria dan wanita dan dari kelas itulah proyek situs SpeedDate berawal. Seorang siswa dipersilahkan untuk melakukan video chat selama tiga menit dengan siswa lainnya yang merupakan ide dasar dari dibangunnya SpeedDate.

Walaupun masih terjadi kritikan besar mengiringi kehadiran situs tersebut terutama dari situs perjodohan dan kencan online lainnnya bahkan J. Galen Buckwalter, wakil presiden penelitian dan pengembangan eharmony.com yang merupakan pesaingnya mengatakan, harapan membina hubungan jangka panjang melalui layanan ini dianggap sebagai omong kosong. Namun kenyataannya situs masih tetap online dan bertambah anggotanya setiap hari.

Situs ini lahir berdasarkan beberapa pengalaman yang membuktikan bahwa dengan hanya menampilkan photo atau profile yang lengkap oleh seorang membernya tidak dapat menjadi jaminan kecocokan sebuah pasangan, oleh karena itu bertatap muka langsung dan berbincang-bincang selama tiga menit dianggap lebih mujarab.


Cara penggunaannya pun diklaim cukup mudah. Setelah log-in, pengunjung tinggal mencari profil yang cocok dengan kriteria mereka, kemudian saling mengobrol melalui live video selama tiga menit. Selanjutnya, mereka bisa memutuskan apakah ingin berinteraksi lagi atau tidak. Jika keduanya menyatakan kesediaan, speeddate.com akan menjadi media korespondensi online.

Penggunaan Live Video untuk menikah

Ide dasar yang mengilhami teknologi yang digunakan oleh Speeddate adalah teknologi streaming video dan audio yang memungkinkan dua orang berinteraksi dan bertatap muka secara langsung.

Lain Speeddate lain juga cerita yang terjadi di Indonesia, semuanya sama-sama menggunakan live video. Anda tentu masih ingat kisah menikahnya Rita Sri Mutiara Dewi (50 tahun) dan Wiriadi Sutrisno (52 tahun) melangsungkan pernikahan secara virtual di internet. Rita di Bandung, sementara Wiriadi bekerja di Amerika Serikat . Semuanya dilangsungkan karena jauhnya jarak yang memisahkan keduanya.

Penggunakan video conference lewat jaringan Voice Over Internet Protocol (VoIP) menjadi alat yang membantu keduanya melakukan pernihakan secara online. Hal ini juga yang menjembatani mereka saling bertatap muka karenya sebelumnya nyaris mereka belum bertemu secara langsung.. Pertemuan mereka pun diawali dengan berkenalan di salah satu chatroom. Berlanjut dengan pertukaran foto, hingga ngobrol-ngobrol di telepon.

Cinta pun bersemi dan pada akhirnya, Wiriadi melamar Rita tanggal 3 November 2005, juga melalui internet. Karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, Wiriadi yang merupakan seorang fisioterapis di sebuah rumah sakit di California pun menikahi Rita lewat internet.

Layar video dan speakerphones, keduanya bisa mengucapkan sumpah setia (Ijab Kabul). Dengan memanfaatkan teknologi VoIP untuk transmisi data dan sambungan langsung internasional untuk suara, terjadi delay selama empat detik ketika Ijab Kabul diucapkan.
Pernikahan tersebut berlangsung tidak hanya selamat 3 menit tetapi sampai 25 menit, dimulai 8.30 WIB dan 17.30 waktu California. Dana yang dikeluarkan sebesar Rp 100 ribu

Pernikahan virtual ini merupakan  pernikahan kedua bagi masing-masing mempelai. Meski virtual, pernikahan ini dinyatakan sah oleh penghulu, karena sudah memenuhi syarat yaitu mempelai pria sudah melihat wajah mempelai wanita.

Kontroversial

Munculnya sebuah media atau teknologi baru dimasyarakat seringkali menjadi sebuah kontroversial, kita masih ingat munculnya teknologi bayi tabung yang memungkinkan orang yang susah mendapat keturunan menjadi bisa mendapatkan keturunan, begitu pula dengan lahirnya internet yang bisa menjebatani sebuah acara pernikahan masih menjadi perdebatan yang panjang, ada pendapat yang mengatakan bahwa selagi semua persyaratan dipenuhi makan internet hanya dianggap sebagai media dan pernikahanya sah, pendapat lain juga ada yang mengatakan bahwa pernikahan online akan merusak tata kehidupan masyarakat sehingga tidak memperbolehkan pernikahan secara virtual, terlepas dari ini semua memang inilah resiko kita yang hidup dijaman yang penuh dengan teknologi. ***