Adi Sumaryadi - Bicara IT dan Internet

SD yang Hilang

Oleh Adi Sumaryadi pada Jum'at, 19 Februari 2021 06:35 WIB

Namanya SDN 5 Babakan, seperti biasanya, disebagian wilayah, nama desa melekat pada nama SD. Ini menandakan bahwa SD saya terletak di Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran. Letaknya sekitar 2 KM sebelum pintu masuk Pantai Pangandaran, tidak jauh pula dari Pantai Timur, karena jika istirahat, tempat main salah satunya adalah muara Cikidang di Pantai Timur. SDN 5 Babakan berada satu lokasi dengan SD 1 dan SD3, kami bertiga, saling berhadap-hadapan ke lapangan upacara, petugas upacara bergantian tiap minggunya dari 3 SD.

Kini, SDN 5 Babakan sudah tidak ada lagi, dilebur menjadi SDN 1 Babakan, pun begitu dengan SDN 3, rasanya lucu juga jika satu saat datang ke SD, SD 5 sudah tidak ada, meskipun kelas dan posisinya masih ada, kelas yang paling berkesan adalah kelas 6, paling ujung dekat pohon jambu monyet (mente) yang saat ini berubah menjadi perpus.

SD Babakan 5 memang dari dulu cukup menyedihkan, selain muridnya yang tidak pernah lebih dari 17 orang tiap kelas, SD saya juga memiliki gedung yang paling panas, maklum memakai atap asbes ditambah dekat dengan pantai, sempurna .

Dibalik kesedihan ini, saya sangat bersyukur karena saat ini justru sekolah yang baik, katanya, adalah sekolah dengan jumlah siswa perkelas lebih sedikit, tidak lebih dari 20 anak. Dengan begitu, guru lebih bisa memaksimalkan potensi anak-anak. Begitu juga dengan sekolah berstandar tertentu yang jumlah siswa perkelasnya tidak lebih dari 20, seperti di luarnegeri.
Penggabungan beberapa SD menjadi satu tentu bukan tanpa sebab, saya harus apresiasi juga langkah Kemdikbud melakukan ini, karena akan memudahkan dalam manajemen sekolah. Tapi juga harus disesuikan dengan letaknya. Desa Babakan sangat luas, namun di Dusun Bojongsari yang notabene memiliki jumlah penduduk terbanyak justru tidak ada SD, makanya sebagian sekolah ke SDN 1 Pangandaran karena lokasinya lebih dekat.

Buat saya, hilangnya SD Babakan 5 secara administratif tidak membuat sepenuhnya hilang dari hidup saya, SD 5 tetap dihati, dengan guru-guru luar biasa seperti Bu Titing (Almarhum) dan Bu Irna. Secara NPSN mungkin tidak ditemukan di Dapodik, tetapi pengalaman, ilmu yang didapat di SD yang tanpa toilet itu tetap membekas.
Saya tidak tau tepatnya kapan digabung, yang pasti saya mulai belajar disana saat saya harus bisa senam SKJ 89.

Sampai saat ini saya meyakini bahwa, membentuk siswa yang baik adalah kombinasi Sistem yang baik, Fasilitas yang baik dan Guru yang handal. Menurut teknis, jaman saya dulu, sistem tentu masih sangat tertinggal, apalagi bicara fasilitas, tetapi kami dipertemukan dengan guru-guru yang luar biasa. Saya hormat kepada siapapun yang membaca tulisan saya dan anda adalah seorang guru, semoga Allah membalas semua apa yang telah bapak/ibu lakukan.

Kesimpulannya, sudahkah kita menjadi bagian dari membentuk sebuah generasi yang handal? Apakah membantu membangun sistem? Membantu membangun Fasilitas? Membantu menjadi guru?, apapun yang kita lakukan walau hanya sekedar memberi semangat ke anak-anak kita, adik-adik kita untuk semangat belajar, berarti kita sudah melakukan sesuatu.

*Foto, dulunya kelas yang bercat hijau adalah kelas 6 SD 5 Babakan